Di Agustus 2024, Institut Internasional untuk Pencegahan dan Resolusi Konflik menerbitkannya Pedoman Pengungkapan Arbiter ("RJP Pedoman”), bertujuan untuk memberikan panduan praktis kepada para arbiter dalam mempersiapkan pengungkapan mereka untuk menghindari potensi konflik kepentingan.
Tujuan dan Ruang Lingkup
Seperti yang ditunjukkan dalam pembukaan mereka, Pedoman CPR berupaya memfasilitasi proses pengungkapan arbiter, sehingga membantu memastikan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku, peraturan dan standar. Namun, tidak seperti Pedoman IBA tentang Konflik Kepentingan dalam Arbitrase Internasional ("Pedoman LAINNYA”), hal ini tidak dimaksudkan untuk menentukan apakah seorang arbiter telah melanggar kewajibannya untuk mengungkapkan informasi.
Pedoman CPR dapat diterapkan pada proses arbitrase apa pun (domestik atau internasional, komersial atau investasi), termasuk yang dilakukan berdasarkan berbagai peraturan CPR.
Enam Pedoman
Pedoman CPR untuk Pengungkapan Arbiter menguraikan enam prinsip utama yang harus diikuti oleh para arbiter ketika menyiapkan pengungkapan mereka:
- Konfirmasi Persyaratan Pengungkapan: Arbiter harus memahami dan mematuhi hukum yang berlaku, aturan dan standar yang mengatur pengungkapan dalam arbitrase mereka.
- Memelihara Basis Data Konflik: Arbiter harus memelihara database yang dapat dicari yang berisi rincian penting dari arbitrase mereka sebelumnya dan yang tertunda untuk memfasilitasi pemeriksaan konflik.
- Pertimbangan Arbiter di Firma Hukum: Arbiter di firma hukum harus memastikan pemeriksaan konflik mereka mencakup kepentingan dan hubungan anggota firma lain yang dapat menimbulkan potensi konflik.
- Pemeriksaan Konflik di Luar Basis Data: Arbiter harus mempertimbangkan kepentingan dan hubungan yang biasanya tidak dimasukkan dalam database, seperti kepentingan pribadi dan yang melibatkan anggota keluarga.
- Menyusun Pernyataan Pengungkapan: Arbiter harus memberikan ringkasan singkat tentang potensi konflik yang terungkap dalam pemeriksaan konflik yang mereka lakukan, serta pengungkapan umum tentang latar belakang dan keterbatasan pemeriksaan konflik mereka.
- Melanjutkan Kewajiban Pengungkapane: Arbiter mempunyai kewajiban berkelanjutan untuk mengungkapkan potensi konflik kepentingan yang timbul atau ditemukan selama berlangsungnya arbitrase.
Sedangkan Pedoman CPR tidak memperkenalkan konsep-konsep baru yang inovatif, mereka secara efektif mengkonsolidasikan dan mengulangi praktik-praktik terbaik yang diakui secara luas dalam komunitas arbitrase. Namun, mengingat meningkatnya penggunaan teknologi dalam arbitrase, Pedoman CPR dapat memberikan panduan yang lebih spesifik mengenai pengungkapan terkait platform digital, alat AI, atau aspek teknologi lainnya dari proses arbitrase.
Pedoman CPR vs Pedoman IBA
Sedangkan Pedoman IBA memberikan kategorisasi rinci mengenai potensi konflik kepentingan (menggunakan sistem lampu lalu lintas, yaitu, merah, oranye, dan daftar hijau), Pedoman CPR memberikan panduan praktis tentang bagaimana arbiter harus menerapkan prosedur pengungkapan. Sederhananya, Pedoman CPR lebih berfokus pada “bagaimana” dibandingkan “apa” dalam pengungkapan konflik.
Kesimpulan
Meskipun Pedoman CPR sebagian besar menegaskan kembali prinsip-prinsip yang ada, mereka dapat berfungsi sebagai alat referensi yang berguna bagi para arbiter untuk menjaga transparansi dan menegakkan standar etika dalam praktik mereka. Dengan menitikberatkan pada aspek prosedural pengungkapan, mereka juga melengkapi standar yang ada, seperti Pedoman IBA, pada akhirnya mendorong transparansi dan kepercayaan dalam proses arbitrase.